Cerita ni agak famous bila aku browse di google! Banyak gak blogger2 yang share kisah ni yg bagi aku cukup penuh makna dan teladan untuk kita menempuh kehidupan..Just share the story....
Ini kisah tentang seorang penjual tempe.
Setiap hari si tukang tempe ini membuat tempe untuk dijual ke pasar.
Sore dibuat dan paginya dijual ke pasar, begitulah rutinitas sehari-harinya.
Suatu sore, seperti biasa si tukang tempe mengolah kedelai untuk dijadikan tempe.
Kedelai sudah dicampur dengan ragi, kemudian satu persatu dibungkus dengan daun pisang.
Biasanya jika ia mengolah sore hari menjelang tengah malam, kedelai yg telah dicampur dengan ragi sudah agak menyatu sehingga pagi harinya sudah siap untuk dijual ke pasar.
Namun demikian, kali ini lain dari biasanya.
Menjelang tengah malam si tukang kedelai tadi membuka sedikit bungkus adonan kedelai dan ragi tadi hanya sekedar untuk memastikan apakah adonan yang ia buat sudah menyatu menyerupai tempe yang setengah jadi.
Alangkah terkejutnya si tukang tempe tadi, ternyata adonan yang dibuat sejak sore tadi masih seperti bentuk semula, masih belum bisa disebut tempe setengah jadi.
Si tukang tempe sedih, bagaimana mungkin ia akan menjualnya besok jika bentuknya masih berupa kedelai dan ragi.
Sementara kalau ia tidak berjualan, berarti besok ia tidak dapat belanja untuk keperluan sehari-hari karena tidak ada pemasukan.
Tukang tempe tadi hanya bisa berharap dan berdoa semoga esok hari adonan yang ia olah sudah siap untuk dijual ke pasar.
Keesokan harinya ketika bangun, tukang tempe tadi kembali membuka bungkus tempe yang ia buat.
Namun sayang, tempe yang ia buat masih belum berujud tempe secara sempurna.
Akhirnya meskipun belum sempurna, si penjual tempe tetap memutuskan untuk berangkat ke pasar membawa dagangan tempenya yg belum jadi. Dia berharap semoga ketika tiba di pasar, tempe dagangannya sudah jadi secara sempurna sehingga laku untuk dijual. Namun alangkah kecewanya si penjual tempe tadi, sampai siang hari tempe-tempe dagangannya tak laku satupun karena belum ada yang jadi tempe secara sempurna.
Karena pasar sudah sepi, dan dagangannya pun tidak laku, akhirnya si penjual tempe memutuskan untuk pulang ke rumah. Dengan perasaan sedih karena bakal pulang tanpa membawa uang hasil penjualan tempe, diberesinya lapak dagangannya.
Belum selesai dia memberesi lapak dagangannya, tiba-tiba datanglah seorang ibu dengan tergopoh-gopoh. Rupanya ibu tadi sudah berkeliling di seluruh pasar itu untuk sengaja mencari tempe-tempe yang memang belum matang. Kemudian berceritalah si ibu tadi bahwa ia bermaksud membeli semua tempe dagangan si penjual tempe tersebut untuk dibawa ke luar negeri. Rupanya si ibu tadi bermaksud membawa oleh-oleh tempe yang merupakan makanan kesukaan anaknya yang sudah sekian lama menetap disana. Mendengar cerita si ibu tadi, maka bersuka citalah si penjual tempe tersebut. Apa yang dia bayangkan sebelumnya bahwa ia bakal batal membawa pulang uang hasil dagangannya tidak terbukti. Dia sangan bersyukur bahwa ternyata Tuhan punya rencana lain dibalik semua itu.
Dari cerita tadi dapat kita petik hikmah bahwa kita seharusnya tidak boleh berprasangka buruh terhadap Tuhan. Tuhan pasti punya maksud dan tujuan lain dibalik semua yang telah digariskan-Nya dan semua akan berakhir dengan indah pada akhirnya.
No comments:
Post a Comment